Angan Kepala Super

genre: adventure
perhatikan, beberapa kata memerlukan kebijaksanaan untuk membaca!

        Semua orang pasti memiliki satu keahlian tertentu yang bisa mereka janjikan untuk mendapat uang; demi bertahan hidup. Begitu pun dengan Ang dan gagasan bebasnya; yang menjadikan perempuan itu tidak takut mati, berandal, kasar, egois, dan apatis. Hidupnya nomaden; lompat-lompat dari suatu kawasan ke kawasan lain yang strategis; yang memiliki peluang besar untuk mendapatkan lebih banyak uang. Anggap saja materialistis; sememang begitu kehidupan mendidiknya.

        Di ujung gang, dengan bersandar memantau jalan raya ramai; seputung rokok ia matikan dengan kakinya kemudian, setelah uangnya tertangkap bola mata. Tak jauh dari sana, Ang melihat pria berpakaian serba hitam; berjalan cepat membuntuti uangnya. Tanpa lama Ang berlari mendekati uang itu terlebih dahulu; sebelum pria serba hitam itu mendapatkannya.

        "Hei, ingin kuantar pulang?" Sampai sapaan Ang membuat uangnya berlari; membuatnya sedikit lebih bersusah payah untuk mengejar uang yang akan menjadi miliknya, dan jangan lupakan pria serba hitam di belakang. "Sial!"

        Sampai uang itu kehabisan jalan keluar; berbelok ke jalan buntu dan Ang melihatnya. "Diam! Aku berusaha menyelamatkanmu dari Buronan!"

        Lelaki berkacamata itu diam bersama sisa-sisa nafasnya yang tersengal; Ang mendapatkan uangnya. "Kau lihat pria serba hitam barusan? Dia memburumu. Tapi syukurlah dia sudah lewat."

        "Lalu Kau siapa?!" timpal lelaki berkacamata; melepaskan tangan Ang yang membekapnya, sedikit kasar. Sejenak, ia memikirkan jawaban yang masuk akal untuk mengajak lelaki berkacamata itu pergi bersamanya. Namun sayangnya, seperti jalan buntu yang mereka berdua lewati sekarang; Ang kehabisan akal, dan ia langsung menyikut hidung uangnya, kemudian memukul kepala belakangnya. Lelaki itu pingsan; Ang berhasil menerima uangnya.

        "Ini imbalanmu, pergi dan jangan melihatkan wajah lagi," ucap seseorang; memberikan beberapa uang kertas pada Ang setelah mereka mengambil lelaki berkacamata yang sedang pingsan. Ang tersenyum; matanya berbinar menerima uang, kemudian menghitungnya seraya berbalik pergi. Setidaknya, uang itu cukup untuk menjelajahi kawasan baru dan membeli beberapa makanan cepat saji berkolesterol kesukaan banyak orang.

        Begitu seterusnya siklus hidup Ang berputar. Ia tidak punya kartu bank, tempat tinggal, pun teman dalam bekerja; yang ia punya hanya tas kecil berisi gulungan-gulungan uang di dalam mobil rongsoknya yang ia bawa berkelana. Ang menyukai uang, juga pikiran bebas yang menjajikan itu datang. Seperti beberapa hari sebelum uang berkacamata itu, Ang bisa menghasilkan cukup banyak uang hanya dengan mencuri baterai yang menjadi aset dari perusahaan ponsel, dan membuat market pesaingnya lebih ramai; atau ketika ia berhasil meloloskan anak bandar narkoba yang disekap oleh musuhnya. Itu semua pekerjaan gampang, dan Ang menyukainya.

        Tidak sampai kebosanan menodai gagasan bebasnya yang indah; Ang ingin lebih dari sekadar menghasilkan banyak uang, dan itu membawanya menjadi pelaku onar. Beberapa kali masalah cukup besar; sepeti kerusakan gereja besar di bagian timur, atau hamburan plastik berisi sabu yang berceceran di jalan raya besar negara selatan; berasal dari ulah Ang. Meski kejadian itu besar, tapi semua onarnya tidak pernah sampai pada kasus hukum karena bukti-bukti kejadian yang tidak kuat.

        "...memiliki uang banyak tidak selalu membahagiakanbukan?" Radio di dalam mobilnya berbunyi; seolah mengerti apa yang sedang Ang pikirkan tentang kebosanan. "Coba berikan tanggapan kalian melalui twit-"

TIINN!

        "F*ck!" umpat Ang; melihat seorang pria dengan brewok rapi menoleh ke arah mobilnya. "Hei! Kau ingin mati?"

        Pria itu tetap berada di posisinya; diam menatap Ang yang kehilangan sabar. Sampai perempuan itu berakhir datang menghampirinya. "Kau ini kenapa, huh? Kau putus asa atau yang gila?!"

        "Salahkan radiomu yang terlalu lantang mengalihkan perhatian."

        "Kau pikir usiamu yang terlihat tua dengan brewok itu menjadikanmu sebagai cenayang?" Ang tertawa jengkel. "Itu tidak lucu, dan minggir dari jalanku!"

        "Bisa berikan aku tumpangan?"

        "Oh tuhan," Ang memutar bola matanya. "Aku salah berhadapan dengan orang."

        Ia pun menyeret pria itu sedikit menepi, kemudian pergi menuju mobilnya untuk pergi. "Berhentilah berlagak sok super, Nak; Kau hanya perempuan menyedihkan yang membutuhkan perhatian-"

        Ang berhenti, bahkan belum mencapai pintu mobil. Kemudian pria itu kembali berkata, "...lingkunganmu tidak pernah memberikannya. Maka dari itu Kau pergi-"

        Ang berbalik badan; menatap pria itu terus bicara, "berkelana bersama kebebasan; tidak mengharapkan orang lain, karena Kau tidak punya siapa-siapa selain gagasanmu sendiri-"

        Pria itu mendekat; tak sedikitpun membuat Ang mundur, tetapi kepalanya pusing; hatinya jadi takut. "Bangun, Jalang!"

        "Kau terlalu jauh pergi!" teriak pria itu, semakin mendekat.

        "Bangun!" Hingga dia mendekap Ang; membelalakkan mata perempuan itu lebar, bersama peluh dan nafas yang tersengal. Ang menatap jam di nakas; pukul 3 siang, waktunya makan sebelum ia harus pergi bertinju dengan pelatih brewoknya; yang akhir-akhir ini menyita cukup banyak perhatian Ang—lelaki berkepala empat yang kuat dan seksi; mendesak Ang untuk menjadi titisannya pada versi perempuan.

thanks for reading!


find me on wattpad :

Komentar

Postingan Populer